Kumpulan Puisi Gusmus Terlengkap



Kumpulan Puisi Gusmus Terlengkap kali ini bercerita tentang banyak kisah, baik kisah ketika beliau di basrah, kisah resah tentang negeri jenaka, reinterpretasi ulang tahun dalam usaha membenahi diri dll. Silahkan baca dan renungklan semoga bermanfaat bagi anda semua

KAU INI BAGAIMANA ATAU AKU HARUS BAGAIMANA

Kau ini bagaimana?

Kau bilang Aku merdeka, Kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh Aku berpikir, Aku berpikir Kau tuduh Aku kapir

Aku harus bagaimana?

Kau bilang bergeraklah, Aku bergerak Kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, Aku diam saja Kau waspadai

Kau ini bagaimana?

Kau suruh Aku pegang prinsip, Aku memegang prinsip Kau tuduh Aku kaku
Kau suruh Aku toleran Kau bilang Aku plin-plan

Aku harus bagaimana?

Aku Kau suruh maju, Aku maju Kau srimpung kakiku
Kau suruh Aku bekerja, Aku bekerja Kau ganggu Aku

Kau ini bagaimana?

Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku Kau suruh berdisiplin, Kau menyontohkan yang lain

Aku harus bagaimana?

Kau bilang Tuhan sangat dekat, Kau sendiri memanggilnya dengan pengeras suara tiap saat
Kau bilang Kau suka damai, Kau ajak Aku setiap hari bertikai

Aku harus bagaimana?

Aku Kau suruh membangun, Aku membangun Kau merusaknya
Aku Kau suruh menabung, Aku menabung Kau menghabiskannya

Kau ini bagaimana?

Kau suruh Aku menggarap sawah, sawahku Kau tanami rumah-rumah
Kau bilang Aku harus punya rumah, Aku punya rumah Kau meratakannya dengan tanah

Kau ini bagaimana?

Aku Kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku Kau suruh bertanggung jawab, Kau sendiri terus berucap Wallahu a'lam bissawab

Kau ini bagaimana?

Kau suruh Aku jujur, Aku jujur Kau tipu Aku
Kau suruh Aku sabar, Aku sabar Kau injak tengkukku

Aku harus bagaimana?

Aku Kau suruh memliihmu sebagai wakilmu, sudah kupilih Kau bertindak semaumu
Kau bilang Kau selalu memikirkanku, Aku sapa saja Kau merasa terganggu

Kau ini bagaimana?

Kau bilang bicaralah, Aku bicara Kau bilang Aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, Aku bungkam Kau tuduh Aku apatis

Aku harus bagaimana?
Aku harus bagaimana?

Kau bilang kritiklah, Aku kritik Kau marah
Kau bilang cari alternatifnya, Aku kasih alternatif Kau bilang jangan mendikte saja

Kau ini bagaimana?

Aku bilang terserah Kau, Kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, Kau tak suka
Aku bilang terserah Aku, Kau memakiku

Kau ini bagaimana?
Aku harus bagaimana?

(K.H.A. Mustofa Bisri, 1987)


NEGERIKU

mana ada negeri sesubur negeriku?

sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan jagung


tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung


perabot-perabot orang kaya didunia


dan burung-burung indah piaraan mereka

berasal dari hutanku


ikan-ikan pilihan yang mereka santap


bermula dari lautku


emas dan perak perhiasan mereka


digali dari tambangku


air bersih yang mereka minum


bersumber dari keringatku

mana ada negeri sekaya negeriku?

majikan-majikan bangsaku


memiliki buruh-buruh mancanegara


brankas-brankas ternama di mana-mana


menyimpan harta-hartaku


negeriku menumbuhkan konglomerat


dan mengikis habis kaum melarat


rata-rata pemimpin negeriku


dan handai taulannya


terkaya di dunia


mana ada negeri semakmur negeriku

penganggur-penganggur diberi perumahan


gaji dan pensiun setiap bulan


rakyat-rakyat kecil menyumbang


negara tanpa imbalan


rampok-rampok dibri rekomendasi


dengan kop sakti instansi


maling-maling diberi konsesi


tikus dan kucing


dengan asyik berkolusi



DI NEGERI AMPLOP

Amplop-amplop di negeri amplop

Mengatur dengan teratur

Hal-hal yang tak teratur menjadi teratur

Hal-hal yang teratur menjadi tak teratur

Memutuskan putusan yang tak putus

Membatalkan putusan yang sudah putus

Amplop-amplop menguasai penguasa

Dan mengendalikan orang-orang biasa

Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan

Mencairkan dan membekukan

Mengganjal dan melicinkan

Orang bicara bisa bisu

Orang mendengar bisa tuli

Orang alim bisa nafsu

Orang sakti bisa mati

Di negeri amplop

Amplop-amplop mengamplopi

apa saja dan siapa saja

1414

AKU MASIH SANGAT HAFAL NYANYIAN ITU

Oleh: KH. A. Mustofa Bisri

Aku masih sangat hafal nyanyian itu

Nyanyian kesayangan dan hafalan kita


bersama


Sejak kita di sekolah rakyat


Kita berebut lebih dulu


menyanyikannya


Ketika anak-anak disuruh


Menyanyi di depan klas


satu-persatu


Aku masih ingat betapa kita gembira


Saat guru kita mengajak


menyanyikan lagu itu


bersama-sama


Sudah lama sekali

Pergaulan sudah tidak


seakrab dulu


Masing-masing sudah terseret kepentingannya sendiri


Atau


tersihir pesona dunia


Dan kau kini entah di mana


Tapi aku masih sangat


hafal nyanyian itu, sayang


Hari ini ingin sekali aku menyanyikannya


kembali


Bersamamu


Indonesia

tanah air beta

 
Pusaka abadi nan jaya

 
Indonesia sejak dulu kala

 
Selalu

 
dipuja-puja bangsa

 
Di sana tempat lahir beta

 
Dibuai dibesarkan

 
bunda

 
Tempat berlindung di hari tua

 
Sampai akhir menutup

 
mata


Aku merindukan rasa haru dan iba

Di tengah kobaran kebencian


dan dendam


Serta maraknya rasa tega


Hingga kini ada saja yang mengubah


lirik lagu


Kesayangan kita itu


Dan menyanyikannya dengan nada


sendu


Indonesia tanah air

kita

 
Bahagia menjadi nestapa

 
Indonesia kini tiba-tiba

 
Selalu

 
dihina-hina bangsa

 
Di sana banyak orang lupa

 
Dibuai kepentingan

 
dunia

 
Tempat bertarung merebut kuasa

 
Sampai entah kapan

 
akhirnya


Sayang, di manakah kini kau

Mungkinkah kita bisa menyanyi


bersama lagi


Lagu kesayangan kita itu


Dengan akrab seperti


dulu


Rembang, 2000

NEGERI HAHA HIHI

(A. Mustofa Bisri)

Bukan karena banyaknya grup lawak maka negeriku selalu kocak.

Justru grup-grup lawak hanya mengganggu dan banyak yang bikin muak.

Negeriku lucu dan para pemimpinnya suka mengocok perut:

Banyak yang terus pamer kebodohan dengan keangkuhan yang menggelikan.

Banyak yang terus pamer keberanian dengan kebodohan yang mengharukan.

Banyak yang terus pamer kekerdilan dengan teriakan yang memilukan.

Banyak yang terus pamer kepengecutan dengan lagak yang memuakkan. Ha ha…

Pejuang keadilan jalannya miring

Penuntut keadilan kepalanya pusing

Hakim main mata dengan maling

Wakil rakyat baunya pesing. Hi hi …

Kalian jual janji-janji

untuk menebus kepentingan sendiri

Kalian hafal pepatah-petitih

untuk mengelabui mereka yang tertindih.

Pepatah-petitih, ha ha…

Anjing menggonggong kalian terus berlalu

Sambil menggonggong kalian terus berlalu

Ha ha, hi hi……

Ada udang di balik batu

Otaknya udang kepalanya batu

Ha ha, hi hi……

Sekali dayung dua pulau terlampaui

Sekalu untung dua pulau terbeli

Ha ha, hi hi……

Gajah mati meninggalkan gading

Harimau mati meninggalkan belang

Kalian mati meninggalkan hutang

Ha ha, hi hi……

Hujan emas di negeri orang hujan batu di negeri sendiri

Lebih b aik yuk hujan-hujanan caci-maki

Ha ha, hi hi……


SELAMAT TAHUN BARU 

Kawan sudah tahun baru lagi

Belum juga tibakah saatnya kita menunduk memandang diri sendiri

Bercermin firman Tuhan,sebelum kita dihisabNya

Kawan siapakah kita ini sebenarnya?

Muslimkah,mukminin,muttaqin,

kholifah Alloh,umat Muhammadkah kita?

Khoirul ummatinkah kita?

Atau kita sama saja dengan makhluk lain atau bahkan lebih rendah lagi.
 
Hanya budak perut dan kelamin

Iman kita kepada Alloh dan yang ghaib Rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan Lebih

pipih dari kain rok perempuan

Betapapun tersiksa ,kita khusyuk didepan masa

Dan tiba tiba buas dan binal disaat sendiri bersamaNya

Syahadat kita rasanya lebih buruk dari bunyi bedug,atau pernyataan setia pegawai rendahan saja.
Kosong tak berdaya.
Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu ibu

Lebih cepat dari pada menghirup kopi panas dan lebih ramai daripada lamunan 1000 anak pemuda.

Doa kita sesudahnya justru lebih serius Memohon enak hidup didunia dan bahagia disurga.

Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadwal makan minum dan saat istiraht,tanpa

menggeser acara buat syahwat,ketika datang rasa lapar atau haus,

Kita manggut manggut ..oh beginikah rasanya dan kita sudah merasa memikirkan saudara saudara kita yang melarat.

Zakat kita jauh lebih berat terasa dibanding tukang becak melepas penghasilanya untuk kupon undian yang sia sia,

Kalaupun terkeluarkan,harapanpun tanpa ukuran Upaya upaya Tuhan menggantinya lipat ganda.

Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri,mencari pengalaman spiritual dan material,membuang uang kecil dan dosa besar

Lalu pulang membawa label suci Asli made in saudi "HAJI"

Kawan lalu bagaimana dan seberapa lama kita bersamaNya,

atau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya,

mensiasati dunia khalifahnya,

Kawan tak terasa kita semakin pintar,mungkin kedudukan kita sebagai khalifah

mempercepat proses kematangan kita paling tidak kita semakin pintar berdalih,

kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan,
 
kita berkelahi demi menegakkan kebenaran,mengacau dan menipu demi keselamatan,

memukul,mencaci demi pendidikan,
 
Berbuat semaunya demi kemerdekaan

Tidak berbuat apa apa demi ketentraman

Membiarkan kemungkaran demi kedamaian Pendek kata demi semua yang baik halallah sampai yang tidak baik.

Lalu bagaimana para cendekiawan,seniman,mubaligh dan kiai sebagai penyambung lidah nabi.

Jangan ganggu mereka

Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya

Para seniman sedang merenungkan apa saja

Para mubaligh sedang sibuk berteriak kemana mana

Para kiai sibuk berfatwa dan berdoa

Para pemimpin sedang mengatur semuanya

Biarkan mereka diatas sana

menikmati dan meratapi nasib dan persoalan mereka sendiri 

Di Basrah

Inilah basrah...
tanah batu putih..
tak pernah berhenti memerah..
tak pernah lelah dijarah sejarah..

Inilah basrah...
pejuang badar bernama utbah
membangun kota ini atas perintah umar al faruq sang khalifah
Entah mantra apa yg dibaca ketika meletakkan batu pertama
Sehingga kemudian setiap jengkal tanahnya..
Tak henti-hentinya merekam nuansa seribu satu cerita

Basrah yg marah.. basrah yg merah..
basrah yg ramah.. basrah yg pasrah..

Kota yg terus membatasi penduduknya
dengan menambah jumlah syuhada..

Inilah basrah..
disini ali dan aisyah.. menantu dan istri nabi
mengumpulkan dendam amarah..
ghirah terhadap keyakinan kebenaran ..
setelah mengantarkan az zubair dan al haq,
hawari-hawari nabi ke taman kedamaian abadi yg dijanjikan

Inilah basrah..
Di sini abu musa dan abul hasan
mematrikan nama al as’ari pada lempeng sejarah
Inilah basrah..
di sini berbaur seribu satu aliran
Di sini sunnah, syiah dan mu’tazilah,
masing-masing bisa menjadi bid’ah
Di sini berhala pemutlakkan pendapat terkapar oleh kekuasaan fitrah ..

Inilah basrah.. mimbar khalwat al hasan al bashari dan rabi’ah ..
Inilah basrah.. tempat bercanda abu nuas dan walibah ..
Inilah basrah.. tempat al musayyab dan syair2nya
menghidupkan mirwat yang wah..

Inikah basrah...
tangan takdir penuh misteri
menuntunku.. tamu tak diundang ini kemari
Aku menahan nafas...
Inikah basrah...

Inilah basrah.. setelah perang irak iran
Korma-korma yg masih pucat melambai ramah..
Para pemuda, gadis, dan bocah
menyanyi dan menari tahnyiah
untuk penyair mirbat yg berpesta merayakan
entah kemenangan apa

Di sini jumat siang 25 jumadil ula
Sehabis menelan dan memuntahkan puisi-puisi kebanggaan
Ratusan penyair dengan garang berhamburan menyerang kambing-kambing guling..
Ikan-ikan shatul arab yg dipanggang kering
Nasi samin dan roti segede-gede piring..
anggur dan korma kemurahan basrah..
Aku dilepas takdir ke tengah-tengah mereka..
mengeroyok meja makan yg panjang..
menelan puisi dan saji ..
sambil kuperhatikan wajah-wajah para penyair,.
Kalau-kalau…, ah…
sampai walibah dan abu nawas pun tak tampak ada..

Inilah basrah…
bersama para penyair yg lapar.. kutelan semuanya..
Bersama-sama menghabiskan apa yang ada..
sampai mentari ditelan bumi..
Dan aku pun tertelan habis-habisan..
Basrah mulai gelap…
barangkali adzan maghrib sudah dikumandangkan..
tapi tampaknya tak satupun yg mendengarnya..
Kami kekenyangan semua..

Dan aku, sambil bersendawa,
merogoh saku mencari-cari rokokku..
terasa kertas-kertas lusuh sanguku dari rumah..
puisi-puisi sufistik untuk al bashari dan rabi’ah..
Tiba-tiba.. aku ingin muntah..
Kulihat kedua zahid basrah itu.. di sudut sana sedang berbuka
hanya dengan air mata..

Aku ingin lari bersembunyi tapi kemana..
Tuhan.., berilah aku setetes saja air mata mereka..
untuk mencairkan batu di dadaku..
Basrah.. tolong, jangan rekam kehadiranku..

Basrah, 1410 H

0 comments: