Puisi Gusmus | Membaca Indonesia

Berikut ini adalah puisi gus mus bertemakan membaca Indonesia. Puisi yang sangat inspiratif dan cukup membangun mental-mental bangsa yang selama ini terjajah. Keresahan beliau akan praaktik-praktik gila dan jenaka dari para petinggi negara. berikut ini kami rangkum puisi karya gusmus




NEGERIKU

mana ada negeri sesubur negeriku?

sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan jagung


tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung


perabot-perabot orang kaya didunia


dan burung-burung indah piaraan mereka

berasal dari hutanku


ikan-ikan pilihan yang mereka santap


bermula dari lautku


emas dan perak perhiasan mereka


digali dari tambangku


air bersih yang mereka minum


bersumber dari keringatku


mana ada negeri sekaya negeriku?

majikan-majikan bangsaku


memiliki buruh-buruh mancanegara


brankas-brankas ternama di mana-mana


menyimpan harta-hartaku


negeriku menumbuhkan konglomerat


dan mengikis habis kaum melarat


rata-rata pemimpin negeriku


dan handai taulannya


terkaya di dunia


mana ada negeri semakmur negeriku

penganggur-penganggur diberi perumahan


gaji dan pensiun setiap bulan


rakyat-rakyat kecil menyumbang


negara tanpa imbalan


rampok-rampok dibri rekomendasi


dengan kop sakti instansi


maling-maling diberi konsesi


tikus dan kucing


dengan asyik berkolusi


DI NEGERI AMPLOP

Amplop-amplop di negeri amplop

Mengatur dengan teratur

Hal-hal yang tak teratur menjadi teratur

Hal-hal yang teratur menjadi tak teratur

Memutuskan putusan yang tak putus

Membatalkan putusan yang sudah putus

Amplop-amplop menguasai penguasa

Dan mengendalikan orang-orang biasa

Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan

Mencairkan dan membekukan

Mengganjal dan melicinkan

Orang bicara bisa bisu

Orang mendengar bisa tuli

Orang alim bisa nafsu

Orang sakti bisa mati

Di negeri amplop

Amplop-amplop mengamplopi

apa saja dan siapa saja

1414

AKU MASIH SANGAT HAFAL NYANYIAN ITU

Oleh: KH. A. Mustofa Bisri

Aku masih sangat hafal nyanyian itu

Nyanyian kesayangan dan hafalan kita


bersama


Sejak kita di sekolah rakyat


Kita berebut lebih dulu


menyanyikannya


Ketika anak-anak disuruh


Menyanyi di depan klas


satu-persatu


Aku masih ingat betapa kita gembira


Saat guru kita mengajak


menyanyikan lagu itu


bersama-sama


Sudah lama sekali

Pergaulan sudah tidak


seakrab dulu


Masing-masing sudah terseret kepentingannya sendiri


Atau


tersihir pesona dunia


Dan kau kini entah di mana


Tapi aku masih sangat


hafal nyanyian itu, sayang


Hari ini ingin sekali aku menyanyikannya


kembali


Bersamamu


Indonesia

tanah air beta

 
Pusaka abadi nan jaya

 
Indonesia sejak dulu kala

 
Selalu

 
dipuja-puja bangsa

 
Di sana tempat lahir beta

 
Dibuai dibesarkan

 
bunda

 
Tempat berlindung di hari tua

 
Sampai akhir menutup

 
mata


Aku merindukan rasa haru dan iba

Di tengah kobaran kebencian


dan dendam


Serta maraknya rasa tega


Hingga kini ada saja yang mengubah


lirik lagu


Kesayangan kita itu


Dan menyanyikannya dengan nada


sendu


Indonesia tanah air

kita

 
Bahagia menjadi nestapa

 
Indonesia kini tiba-tiba

 
Selalu

 
dihina-hina bangsa

 
Di sana banyak orang lupa

 
Dibuai kepentingan

 
dunia

 
Tempat bertarung merebut kuasa

 
Sampai entah kapan

 
akhirnya


Sayang, di manakah kini kau

Mungkinkah kita bisa menyanyi


bersama lagi


Lagu kesayangan kita itu


Dengan akrab seperti


dulu


Rembang, 2000

NEGERI HAHA HIHI

(A. Mustofa Bisri)

Bukan karena banyaknya grup lawak maka negeriku selalu kocak.

Justru grup-grup lawak hanya mengganggu dan banyak yang bikin muak.

Negeriku lucu dan para pemimpinnya suka mengocok perut:

Banyak yang terus pamer kebodohan dengan keangkuhan yang menggelikan.

Banyak yang terus pamer keberanian dengan kebodohan yang mengharukan.

Banyak yang terus pamer kekerdilan dengan teriakan yang memilukan.

Banyak yang terus pamer kepengecutan dengan lagak yang memuakkan. Ha ha…

Pejuang keadilan jalannya miring

Penuntut keadilan kepalanya pusing

Hakim main mata dengan maling

Wakil rakyat baunya pesing. Hi hi …

Kalian jual janji-janji

untuk menebus kepentingan sendiri

Kalian hafal pepatah-petitih

untuk mengelabui mereka yang tertindih.

Pepatah-petitih, ha ha…

Anjing menggonggong kalian terus berlalu

Sambil menggonggong kalian terus berlalu

Ha ha, hi hi……

Ada udang di balik batu

Otaknya udang kepalanya batu

Ha ha, hi hi……

Sekali dayung dua pulau terlampaui

Sekalu untung dua pulau terbeli

Ha ha, hi hi……

Gajah mati meninggalkan gading

Harimau mati meninggalkan belang

Kalian mati meninggalkan hutang

Ha ha, hi hi……

Hujan emas di negeri orang hujan batu di negeri sendiri

Lebih baik yuk hujan-hujanan caci-maki

Ha ha, hi hi……




0 comments: